Sabtu, 17 Desember 2011

KELOMPOK 1

  • FITRI NASIR (10.12.103)
  • EPRILIYA EKA PUTRI (10.12.101)
  • NUR INSAN U. S (10.12.137)

NAMA : NUR INSAN U. S
NIM : 10.12.137
KELAS : AK B5

TUGAS PRESENTASI

MENGEMBANGKAN STRATEGI DAN RENCANA PEMASARAN
·         Peluang yang menarik yaitu :
a.       Peluang terobosan baru adalah yang terbaik
b.      Setidaknya dibutuhkan keunggulan kompetitif
c.       Hindari pemasaran yang meleset dengan suatu proses yang logis

·         Jenis-jenis peluang yang harus diincar
a.       Produk yang ada dimana dengan penetrasi pasar dan pengembangan produk
b.      Produk baru dimana dengan pengembangan pasar dan diversifikasi
·         Peluang-peluang internasional harus dipertimbangkan yaitu :
a.       Dunia semakin kecil
b.      Membangun keunggulan kompetitif di Negara sendiri dan Negara lain
c.       Mulailah lebih dahulu pada sebuah pasar baru
d.      Menemukan tren yang lebih baik diberbagai variable
e.       Penyaringan harus mempertimbangkan resiko dan manfaat

·         Pemasaran yang baik adalah seni menemukan, mengembangkan dan menghasilkan laba dari peluang-peluang ini. Peluang pemasaran (marketing opportunity) adalah wilayah kebutuhan dan minat pembeli, dimana perusahaan mempunyai profitabilitas tinggi untuk memuaskan kebutuhan tersebut dengan menguntungkan.

·         Peluang penilaian pertumbuhan meliputi perencanaan bisnis baru, penyusutan dan menghilangkan bisnis lama. Jika ada kesenjangan antara penjualan yang diinginkan di masa depan dengan penjualan yang diproyeksikan, management korporat harus mengembangkan atau mengakuisisi bisnis untuk mengisinya.

·         Adapun sumber-sumber peluang yang utama yaitu :
a.       Memasok sesuatu yang persediaannya sedikit. Hal ini memerlukan sedikit bakat pemasaran karena kebutuhannya cukup jelas.
b.      Memasok produk atau jasa yang akan ada dengan cara yang baru atau unggul.

·         Peluang dapat tersembunyi dalam berbagai wujud. Pemasar harus benar-benar dapat menemukan wujud tersebut.

·         Menemukan peluang nilai baru adalah masalah memahami hubungan antara lain :
a.       Ruang kognitif pelanggan mencerminkan kebutuhan lama dan laten serta meliputi dimensi seperti kebutuhan partisipasi, stabilitas, kebebasan  dan perubahan.
b.      Ruang kompetensi perusahaan menggambarkan perusahaan berdasarkan “lebarnya”, lingkup bisnis luas versus terfokus dan “dalamnya” kemampuan berbasis fisik versus berbasis pengetahuan.
c.       Ruang sumber daya kolaborator mencakup kemitraan horizontal, dengan mitra yang dipilih dari kemampuan mereka untuk mengeksploitasi peluang pasar yang berhubungan, serta kemitraan vertikal, dengan mitra yang dapat melayani penciptaan nilai perusahaan.

·         Agar berhasil, perusahaan juga harus mencari keunggulan kompetitif diluar operasinya  sendiri, kedalam rantai nilai pemasok, distributor dan pelanggan. Saat ini, banyak perusahaan bermitra dengan pemasok dan distribusi tertentu untuk menciptakan jaringan penghantaran nilai (value delivery network) yang bagus yang disebut juga rantai pemasok (supply chain).

·         Keunggulan kompetitif juga tumbuh bagi perusahaan yang memiliki kemampuan yang berbeda. Kemampuan yang berbeda menggambarkan kesempurnaan dalam proses bisnis yang lebih jelas dan luas.

TUGAS RESENSI


MEMBONGKAR LIBERALISME ISLAM DI INDONESIA
Sumber: Koran Jakarta, 9 Juni 2011
Judul : Islam Liberal: Varian-Varian Liberalisme Islam di Indonesia 1991-2002
Peresensi: M Kamil Akhyari
Penulis : Dr. Zuly Qodir
Penerbit : LKiS Yogyakarta
Tahun : I Desember 2010
Tebal : xxx 310 Halaman

Tradisi liberalisme telah mewarnai agama Islam sejak zaman klasik. Aliran-aliran rasional dalam bidang teologi, kalam, dan fiqih yang rajin melakukan interpretasi terhadap Al Quran untuk dikontekskan dengan perkembangan zaman yang sejatinya bukan pemikiran baru.
 Kelompok Mu’tazilah yang sangat mengagungkan akal dalam memahami Tuhan dan ajaran Islam berdiri pada abad kedua hijriyah, dan aliran Ahl ar-Ra’yi yang senantiasa mengedepankan akal dalam memahami hukum Islam digagas Imam Abu Hanifah (699-767M).
Namun, Islam liberal di Indonesia baru diperbincangkan ketika muncul Jaringan Islam Liberal (JIL), walaupun benih-benih liberalisme Islam sudah lama. Pada ‘60-an, Greg Balton membahas gagasan Islam liberal di Indonesia. Berawal dari penelitian disertasi Greg Balton, bertebarlah buku-buku wacana gerakan pemikiran umat Islam di Indonesia.
Dalam buku ini Dr Zuly Qodir mencoba memotret varian liberalisme Islam di Indonesia dalam rentan waktu 1991-2002. Liberalisme Islam yang berkembang pada 1990-an dengan liberalisme Islam pada masa Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid tak jauh beda.
Hanya saja, isu-isu yang mereka angkat dimodifikasi, dikemas lebih menarik, dan medianya memberikan daya tarik tersendiri, sekalipun substansinya tidak berbeda; urgensi reinterpretasi atas teks agama.
Arus globalisasi dan pesatnya teknologi informasi komunikasi tidak hanya membawa perubahan dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Lebih dari itu, modernisasi juga membawa perubahan tingkah laku keberagamaan umat manusia.
Reinterpretasi atas teks agama tidak hanya sebuah keniscayaan, melainkan kebutuhan untuk mendialogkan agama dan realitas saat ini. Interpretasi teks suci hanya berlaku sesuai dengan kondisi zamannya, tak ada interpretasi yang berlaku untuk sepanjang masa, dan absolut. Dari itu, setiap generasi memiliki hak untuk melakukan interpretasi atas teks suci Al Quran untuk diaktualisasikan sesuai dengan zamannya (halaman 133-134).
Gagasan progresif Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid sebagai peletak dasar liberalisme Islam di Indonesia terus melaju cepat. Perkembangan liberalisme Islam di Indonesia tampak sekali dari kekompakan generasi penerusnya dalam mengampanyekan gagasan Islam liberal. Pada 1960-an ijtihad yang dilakukan muslim liberal lebih bersifat individu, tapi pada ’90-an ijtihad yang dilakukan muslim liberal lebih bersifat kelompok.
Keberadaan komunitas JIL di Utan Kayu jadi bukti yang sulit kita bantah di dalam melejitnya liberalisme Islam di Indonesia dari 50 tahun yang silam.
Soeharto tumbang dari tampuk kepemimpinannya, Habibie tampil sebagai presiden ke tiga. Kebebasan pers jadi misi utama yang di usung Habibie. Pada saat yang bersamaan, kelompok muslim liberal makin leluasa mengampanyekan liberalisme Islam tanpa ada intervensi dan tekanan dari pemerintah, pada 21 Agustus 2001 lahirlah Jaringan Islam Liberal di Jakarta.
Namun, di tengah kenikmatan kita menyampaikan pendapat dan gagasan, komunitas muslim liberal sepertinya mengalami kelesuan, spirit mereka diambil alih kelompok fundamentalis.
Di tengah perpecahan umat dan maraknya kekerasan motif agama, buku Islam Liberal patut kita baca untuk meneguhkan kembali semangat pluralisme, toleransi, kerukunan, demokrasi, gotong royong dan HAM.
Peresensi adalah M Kamil Akhyari Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk. Bergiat di PC IPNU Sumenep.

0 komentar:

Posting Komentar